
Telkom University Dorong Kesadaran Lingkungan Melalui Edukasi Eco-Enzyme dan Strategi Kehumasan di Bandar Lampung
Bandar Lampung, 10 April 2025 – Telkom University menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat bertema “Pembangunan Berkelanjutan melalui Pendidikan Eco-Enzyme: Strategi Hubungan Masyarakat di Kota Bandar Lampung”, yang berlangsung di Universitas Malahayati. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran publik terhadap pengelolaan sampah rumah tangga melalui pendekatan edukasi, komunikasi berbasis komunitas, dan pemanfaatan teknologi digital.
Program ini menyasar komunitas ibu-ibu pengajian, Mahasiswa, dan pengurus Yayasan Nabbay Hanggum sebagai mitra utama. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi utama yang mengombinasikan aspek edukatif dan partisipatif.
Pada sesi pertama, peserta dikenalkan pada konsep hubungan masyarakat (public relations) sebagai strategi komunikasi untuk mendorong partisipasi publik dalam isu lingkungan. Materi disampaikan oleh Razie Razak, M.I.Kom., CIQaR., CIQnR., dosen dan pakar komunikasi dari Telkom University.
“Public relations tidak lagi hanya soal promosi, tetapi menjadi jembatan strategis antara isu-isu lingkungan dan partisipasi masyarakat. Di era digital, pendekatan storytelling menjadi kunci untuk membangun kesadaran yang berkelanjutan,” ungkap Razie Razak saat membuka sesi pertama.
Beliau juga menekankan pentingnya komunikasi dua arah yang simetris untuk membangun kepercayaan antara masyarakat dan institusi, serta mengaitkan strategi kehumasan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDG 11, SDG 12, dan SDG 13.
Sesi kedua berfokus pada pelatihan pembuatan eco-enzyme, cairan ramah lingkungan dari fermentasi sampah dapur organik. Peserta tidak hanya belajar teknik pembuatan, tetapi juga diajak menarasikan pengalaman mereka sebagai bentuk experiential public relations.
“Kami tidak hanya ingin peserta tahu cara membuat eco-enzyme, tapi juga mampu menjadi komunikator yang menyuarakan pentingnya pengelolaan lingkungan kepada masyarakat sekitar,” ujar Razie Razak saat memandu sesi pelatihan.
Yayasan Nabbay Hanggum memegang peran strategis sebagai penggerak komunitas. Mereka mengorganisir kehadiran peserta dari berbagai kalangan, memfasilitasi penyebaran informasi berbasis nilai-nilai lokal, serta mendorong pengembangan produk eco-enzyme sebagai potensi usaha rumah tangga.
“Kami berharap pelatihan ini bukan sekadar kegiatan sekali jalan, tetapi menjadi gerakan kolektif yang berkelanjutan,” ujar Sarlytasari Alamsjah satu pengurus yayasan saat menutup sesi diskusi komunitas.
Kegiatan ini menjadi contoh sinergi antara akademisi, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Edukasi eco-enzyme yang dikombinasikan dengan strategi komunikasi kehumasan membentuk ekosistem yang tidak hanya sadar lingkungan, tetapi juga memberdayakan secara sosial dan ekonomi.
“Komunikasi strategis, budaya lokal, dan teknologi digital adalah tiga pilar utama pengabdian ini. Kami percaya, perubahan dimulai dari cerita kecil yang dibagikan, lalu menjadi gerakan besar yang berdampak luas,” tutup Razie Razak.