Laksmi Orangutan Kalimantan melahirkan di Awal Tahun 2023, Isyaratkan Petanda Baik Habitat Hutan Tropis
Kacak Media, Kalimantan — Orangutan betina hasil rehabilitasi bernama “Laksmi” melahirkan 1 (satu) individu bayi orangutan di dalam Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Berdasarkan pengamatan beberapa bulan sebelumnya, Laksmi terpantau dengan kondisi perut agak membesar dan diduga sedang hamil. Namun, belum sempat mendapat pemeriksaan medis, Laksmi sempat hilang dari pemantauan.
Kemudian, pada tanggal 25 Januari 2023, Laksmi muncul dengan membawa anak dan terpantau oleh tim monitoring dalam keadaan sehat. Informasi kelahiran bayi orangutan dari indukan Laksmi diperoleh dari Kepala Camp Monitoring Orangutan Teluk Ribas, Gregorius bersama tim monitoring.
Hingga saat ini kondisi bayi terus dilakukan pemantauan dan sedang diupayakan mendekati sang induk dalam rangka memastikan kesehatan sang induk pasca melahirkan dan jenis kelamin bayi orangutan.
“Kelahiran satu individu orangutan ini menambah daftar panjang kelahiran orangutan secara alami dan lestarinya habitat rumahnya di dalam kawasan TNBBBR,” ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat RM. Wiwied Widodo.
Kelahiran bayi orangutan ini merupakan anak ke-2 dari Laksmi yang dilahirkan di alam. Sebelumnya Laksmi juga menyumbangkan generasi baru orangutan betina pada awal Oktober 2021 dan oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong diberi nama “Lusiana”.
Kehadiran generasi-generasi baru orangutan ini menumbuhkan semangat dalam upaya konservasi serta keyakinan bahwa populasi orangutan khususnya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan di seluruh kawasan habitat orangutan Provinsi Kalimantan Barat akan terus terjaga dan bertambah.
“Kelahiran mereka menjadi sangat penting dan bersejarah karena menjadi kebanggaan atas keberhasilan program rehabilitasi orangutan di Indonesia,” ujar Wiwied.
Perkembangan kondisi orangutan yang menggembirakan ini merupakan salah satu parameter terselenggaranya dengan baik program konservasi orangutan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui kegiatan pelepasliaran orangutan ke habitat alaminya yang dilakukan BKSDA Kalimantan Barat bersama Balai TNBBBR, yang didukung oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang.
Kepala Balai TNBBBR, Andi Muhammad Kadhafi menambahkan bahwa kawasan TNBBBR merupakan habitat yang sesuai dan cocok bagi orangutan.
“Hal ini dapat kita lihat dari individu-individu orangutan yang telah melewati proses rehabilitasi dan pelepasliaran, dapat menjadi individu yang kembali mempunyai kehidupan liar serta beradaptasi untuk bertahan hidup dan berkembang biak secara alami,” Ujar Andi.